Si "Jebret" Valentino Si Komentator Kontroversial Indonesia Membawa Warna Baru Era Wawancara


Ow...Ow...OWW Jebret...Jebrettt..Jebrett sahabat sebagin info, akhirnya Indonesia memenangkan Juara SepakBola U-19, ditambah lagi dengan komentator yang satu ini kocak dan membawa nuansa bari dalam komentator

Sepakbola bagi sebagian orang bukan sekedar olahraga tapi juga sebuah drama, sebuah panggung besar yang melibatkan emosi dan kegairahan. Sepakbola adalah khasanah budaya yang masing-masing bangsa punya ciri khas-nya. Inggris misalnya setelah kejadian malam berdarah di Stadion Heysel, Brussel  melakukan reformasi atas sepakbola-nya secara disiplin terutama penertiban holligan, gaya komentator Inggris juga berubah yang tadinya bergairah kemudian menjadi bergaya aristokrat, penonton yang tertib dan tidak dibatasi pagar menjadikan panggung sepakbola Inggris bernada santun. Komentator-pun hanya menyebut nama, jenis tendangan seperti melambung, operan datar atau tendangan terobosan, tidak ada bumbu-bumbu kata yang meledak.
 

Beda Inggris, beda Amerika Latin. Di Amerika Latin gaya komentatornya meledak-ledak seperti ‘orang mau ngajakin berantem” gaya ini menjadi menarik karena melibatkan emosional penonton, gaya ini memang di satu sisi membawa sepakbola sebagai tontonan penuh gairah, tapi di sisi lain kadang-kadang memanaskan suhu emosi penonton sehingga di Amerika Latin cenderung lebih sering terjadi keributan di lapangan yang melibatkan langsung supporter.

Di Indonesia gaya Amerika Latin sebenarnya tidak asing, di tahun 1970-an gaya ini diikuti oleh reporter RRI untuk menggambarkan permainan di lapangan, di tahun 1980-an gaya komentator yang cepat, imajinatif dan bernarasi digantikan dengan komentator bergaya agak lamban tapi menjelaskan serangan dengan gaya humor, gaya ini kerap dibawakan reporter bola legendaris Sambas. Masuk tahun 1990-an acara-acara sepakbola dikuasai oleh TV swasta yang notabene ditonton kelas menengah atas dan mencitrakan Televisi lahir dari kelas atas, sehingga bahasa komentator bola-pun bergaya Inggris. Walaupun di wilayah televisi komentator bola Indonesia bergaya Inggris, di kampong-kampung pertandingan bola kerap dibawakan dengan gaya Amerika Latin. Bahkan cara bicara seperti reporter RRI menjadi tren besar. Gaya inilah yang diikuti oleh Valentino Simanjuntak.


Pada pertandingan final AFF U-19, terjadi dua hal yang mengubah sejarah lansekap persepakbolaan Indonesia, setelah sekian tahun menunggu timnas akhirnya mendapatkan gelar juara. Di sisi lain reporter bola MNC Valentino Simanjuntak membawa aura revolusioner dalam gaya komentar pertandingan, irama Inggris dibalik menjadi irama Amerika Latin bergaya pertandingan-pertandingan di kalangan rakyat banyak. Valentino yang mengaku suka mendengarkan gaya pertandingan di kampungnya wilayah Srengseng Sawah mendapatkan perintah dari Boss-nya agar membawakan gaya Amerika Latin, dan perintah itu dijalankan dengan brillian bahkan dia menciptakan kata “Jebret” untuk gol, “Jegeeer” tendangan yang mengarah ke gawang, dan “Wow…wow…wow” sebagai ungkapan rasa kagum atas gaya permainan timnas, sontak dia menjadi bintang dan menjadi revolusioner dalam gaya komentator bola Indonesia.






Bagaimana sahabat sebagin infoo...salam Jebrettt

Sumber



Artikel Terkait :

No comments:

*