Jokowi Datang, Tren Golput Menurun

Sahabat sebagin info, disaat Indonesia mengalami krisis kepemimpinan sehingga meningkatnya Golput, Tapi kini nama Jokowi adalah satu kejutan besar dalam gelombang politik 2014. Kehadirannya yang tiba-tiba sontak mengubah lansekap politik elite Indonesia yang bertahan lebih dari 40 tahun. Kehadiran Jokowi menjadi satu kekuatan serta asipirasi dari bahasa rakyat yang dirindukan menjadi gegap gempita ditengah ketidakpercayaan terhadap politik Indonesia karena besarnya kasus korupsi yang dilakukan rezim penguasa selama 9 tahun berkuasa.




Menanggapi fenomena itu, lewat diskusi "Fenomena Jokowi dan Pengaruhnya Terhadap Golput 2014" yang diadakan Institut Demokrasi , Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) PDI-P Hasto Kristianto mencermati fenomena ini sebagai sebuah arah sejarah yang jelas, dimana rakyat mendapatkan kembali antusias politiknya, sementara untuk persoalan Golput sendiri harus dibedakan, Golput karena kesadaran politik dan Golput karena sengaja digolputkan oleh Pemerintah dengan kekacauan Data Pemilih Tetap (DPT).

Hasto menyatakan "berdasarkan hasil Pilkada di DKI pada 2012, pada putaran pertama partisipasi pemilih adalah 62%, sementara pada putaran kedua, partisipasi pemilih meningkat menjadi 65,6%, hal ini menjadi anomali bagi daerah lain, dimana putaran kedua cenderung menurun dibandingkan dengan putaran pertama. Dalam kasus DKI, naiknya tren pemilih ini karena hadirnya sosok Jokowi yang dianggap bisa menjawab kegelisahan-kegelisahan rakyat inilah yang mengurangi jumlah golput di DKI Jakarta"

Ketika ditanya soal definisi Golput, Hasto menjawab "Dalam dimensi perspektif Golput, ada beberapa macam yang jenis golput yang harus kita baca, pertama Golput sebagai sebuah pilihan politik, atau karena bagian dari protes pemilih terhadap Partai. Untuk hal ini PDI-P terus melakukan koreksi-koreksi atas mesin Partai dan bagaimana Partai berdialektika dengan masyarakat, mesin Partai harus mengarah pada dua hal,  pertama perbaikan internal partai yang dilakukan lewat proses sekolah kader, membangun militansi perjuangan politik dan membangun kesadaran ideologi sementara yang kedua, mengarah bagaimana kader langsung terjun ke dalam lumpurnya masyarakat, dalam keseharian masyarakat dan membaca persoalan-persoalan masyarakat. Untuk itu kami juga melakukan psikotest atas caleg yang kami jagokan ke Pemilu 2014...setelah melakukan perbaikan mesin partai terbukti lewat survey Republikan Institute menunjukkan elektablitas Partai naik sekitar 6% sampai dengan 10%. Jelas ini peningkatan drastis bagi PDI-P dalam estimasi pendulangan suara".

"Sedangkan fenomena hak politik warga negara yang sengaja digolputkan, PDI-Perjuangan memiliki pengalaman buruk pada Pemilu 2009. Saat itu lewat akal-akalan rezim yang berkuasa DPT dijadikan alat politik untuk memenangkan penguasa, bahkan DPT sengaja dimanipulasi, ada sekitar 11 modus manipulasi DPT yang berdampak pada besarnya Golput, seharusnya juga institusi negara netral, ternyata berpihak, bergabungnya Andi Nurpati bergabung dengan Partai Demokrat bukti nyata bahwa ada komisioner KPU  yang tergoda pada kekuasaan, oleh karena itu jangan salahkan publik soal tidak tau etika-nya pejabat KPU yang kemudian malah jadi alat penguasa"

Menanggapi siapa capres yang akan diusung PDIP, Hasto menjelaskan bahwa PDI-P sudah memiliki banyak pengalaman terkait dengan pencapresan. "Capres pernah ditetapkan 5 tahun sebelumnya, yakni terjadi pada tahun 2004.  Pada pemilu 2009, capres ditetapkan 2 tahun sebelumnya. Wajar kalau pada pemilu 2014 PDI-P akan menyampaikan pada momentum yang tepat.

Lebih lanjut Hasto menegaskan bahwa berdasarkan rekomendasi Rakersnas II sebenarnya sudah meminta kesediaan Ibu Megawati untuk menjadi Capres. Namun hingga saat ini, Ibu belum memberikan jawaban. Karena itulah Rakernas III menyerahkan sepenuhnya pada Ibu Megawati untuk mengumumkan capres dan cawapres pada momentum yang tepat. Jadi bisa sebelum pileg atau sesudah pileg.

Hasto kembali menegaskan bahwa sebagai Parpol tentu saja PDI-P bercita-cita untuk menang pileg dan pilpres. Hingga saat ini berbagai aspirasi terus berkembang. Ada yang mengusulkan Mega-JK; Mega-Jokowi dan Mega Mahfud MD.  Ada juga yg mengusulkaan Jokowi sebagai capres. Semua tergantung pada titik temu antara kesiapan mesin Partai, dinamika politik yang berkembang,  aspirasi rakyat, dan kepentingan bangsa dan negara ke depan.  "Kami percaya sepenuhnya pada Ibu Megawati untuk mengambil keputusan terbaik" kata Hasto.

Mengingat fenoma Jokowi seperti ini, mungkinkah benar ramalan yang diramalkan oleh joyoboyo tentang kedatangan Satria Piningit ?








sumber
http://kluget.com/berita-pdip--jokowi-datang-tren-golput-menurun.html

Artikel Terkait :

No comments:

*